Rabu, 25 Februari 2015

CERITA PENDEK TENTANG PENGALAMANKU

Semua orang pasti memiliki pengalaman, dari pada tertawa atau menangis pada gunung dan laut lebih baik bercerita saja, karena gunung dan laut tak punya nyawa untuk mendengarkan cerita kita,dengan bercerita siapa tahu dapat bermanfaat untuk orang lain, tapi ingatlah kawan, nggak semua orang mau mendengar cerita kita.:D
MARI MEMBACA 

     Selamat datang disekolah, dimana saat pagi semua murid sibuk mengerjakan tugas, mengantuk saat pelajaran berlangsung, malam minggu galau, senin mengeluh, ulangan nyontek, dan tiada hari tanpa ketawa. Memang terdengar asik, namun itu tak selamanya.


     Malam ini masih dalam suasana ramadhan, aku sedang berbuka bersama disekolah. Malam ini, dimana semua bintang terlihat jelas, aku terhenti sejenak saat melihat gemericik air dikolam dekat tempat ku berdiri, pantulan cahaya bulan tampak diair, cahaya remang-remang lampu sekolah membuatnya semakin nyata. Kakiku langsung bergerak menuju jumbatan diatas kolam dan duduk diatasnya. Air kolam yang berwarna hijau dan terkesan jorok terasa dingin mengenai kaki ini, ditambah dinginnya angin malam yang menembus bajuku. Ya, aku sangat menyukainya. Seluruh tubuh ini terasa segar. Setelah sekian lama tubuh ini merasa panas sekali akibat aku memakai kerudung. Aku memang tidak terbiasa berkerudung, apalagi aku tergolong orang yang banyak bergerak dan tidak perduli dengan penampilan. Meski seringkali aku merasa berdosa karena memperlihatkan aurat ku.

“mbak Hanis” sapanya dari dalam ruang osis. Dialah seorang adik kelas yang kemudian ku panggil Bita.
     Aku meninggalkan jumbatan itu dan berjalan menuju ruang osis. Setelah cukup lama mengobrol dengan teman-teman diruang osis. Tiba tiba saja aku berkata “aku ingin berkerudun.” semua diam
.
“aku juga” Bita menyambung.

“menutup aurat itu wajib teman teman” Haykal menambahkan.

“ayo tak ajari kerudungan” jawab Nadia

Setelah beberapa menit diajari cara memakai kerudung dengan benar dan rapi, aku semakin ingin berkerudung. Akhirnya aku dan Bita memutuskan untuk berkerudung.Tepatnya tanggal 4 Agustus. Saat itu ada acara salam-salaman disekolah, karena memperingati selelsainya Hari Raya Idul Fitri.
Hari pertama untuk ku berkerudung, begitu juga Bita. Tak semudah banyangan dibenakku. Aku sempat malu. Berapa saat setelah itu aku bertemu dengan Pak Bambang, salah satu guru disekolah ku, ia berkata

“selamat ya, kalo sudah berkerudung, berkerudung terus lo ya.., jangan sampai dilepas. Terus kalo bisa, kerudungan itu jangan di sekolah aja, tapi di rumah juga. Tapi, semua itu tergantung niatnya.” kalimat itu yang seakan menjadi penjaga bagiku untuk selalu berkerudung.

Hari pertama yang kulalui, banyak berterbangan komenter-komentar seperti,

“wah, hanis tobat” “dapet hidayah apa nis?” “cie.. selamat ya..”sapaan beberapa temanku.

Beberapa hari telah kulewati, dan hari ini ada sarapan pagi dan makan siang dari sesosok orang, yang tidak tau apa maksud dari mereka.

“kamu tidak cocok berkerudung Hanis, jadi bagaimanapun itu kamu tetap terihat aneh” dari seorang murid aneh yang tiba-tiba mengritik

“lagian kamu kalo kerudungan itu juga nggak rapi, lepas aja kerudungmu, kamu lebih cocok tidak berkerudung” sahabat seperjuangannya berusaha memberi saran bodoh.

Kritikan-kritikan yang tidak penting itu sangat membuatku enek dan seketika menjadi badmood.
Sebenarnya mereka adalah satah satu dari sekian banyak orang yang berbicara seperti itu, namun hanya itu yang ku ingat. Hampir semuanya tentang kerudung yang tidak rapi, dan sisanya tentang wajah ku yang terlihat aneh.

Saat hari sabtu aku bertemu dengan seorang guru

“kerudungan macam apa ini? Tidak rapi begini?” tanya guru itu

“ini seni bu” jawabku

“seni kok kayak gini, poni mu itu lo, pakek kerpus-ikat untuk kerudung-biar rapi”srang dia.

“baiklah” aku berkata

keesokan harinya aku memakai kerpus, tapitetap saja hasilnya nihil. Kerudung itu tetap tidak rapi. Sebenarnya bisa rapi, walau hanya sesaat. Namun itu membutuhkan waktu yang cukup lama, apalagi aku susah sekali untuk bangun pagi. Dan benar saja setiap hari aku tidak rapi, dan setiap hari mendapat kritikan. Sungguh menyebalkan. I hate “kritikan”.

Sampai pada suatu titik kejenuhan ku, aku merasa ingin melepas kerudung, karena aku malas dikritik, lagi pula aku juga jadi sering telat. Saat itu sedang dikelas 9G

“apa aku lepas kerudung saja ya?” tanyaku pada temanku bernama Hana.

“kenapa?” jawab Hana. “aku merasa aneh saat berkerudung, aku merasa panas sekali, dan aku merasa malas dengan kritikan-kritikan mereka. Lagipula aku juga tidak bisa berkerudung dengan rapi.” jawabku 

“yang namanya orang berbuat baik itu pasti ada cobaan, dihadapi saja, lama-lama kamu juga akan terbiasa” jawab Hana.

“kalau kamu merasa panas, anggap saja itu dosamu selama ini dibakar Allah, lagipula panasnya dunia masih kalah panas dengan panasnya api neraka” jawab temanku bernama Ariffa.

“apa anehnya berkerudung, justru kamu akan terlihat lebih cantik saat menutup aurat niatkan dalam hati Nis. 

Soal kritikan, biarkan saja mereka berbicara sesuka hatinya.” tambahan jawaban Hana.

“tapi aku merasa sudah bosan dikritik-kritik terus” perkataan ku.

“inget Nis, innallaha maasshobiriin, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang sabar.” jawab Hana.
Setelah mendengarkan kata temanku itu, aku mulai sadar dengan makna berkerudung. Aku yang menjalani ini, tapi megapa kaum pengkritik itu sibuk memikirkan ku? Lagipula dia belum tentu lebih baik dariku.
Sekarang, aku merasa lebih percaya diri berkerudung. Kumpulan kritikan itu kujadikan saran, aku tidak membencinya. Aku berterima kasih kepada semua orang yang mengkritikku. Aku juga sudah mulai terbiasa dengan panasnya matahari. Dengan berkerudung aku lebih dihargai orang, khususnya orang yang tidak kukenal. Kini setiap masalah kuhadapi dengan sabar dan berserah diri kepada Allah. Belajar dari pengalaman sebelumnya. Seperti aku, tubuh nihil yang berkerudung. Tubuh nihil adalah sebutanku karena sering kali aku merasa nihil dalam kehidupanku.
Sampai pada suatu hari saat aku membuka twitter

“Kalau ada yang membenci kamu, itu perkara biasa, karena hidup ini bukan untuk membahagiakan semua orang, tetapi untuk mentaati perintah tuhan.”

0 komentar:

Posting Komentar